Tugas Kita, Bukan Sekolah
Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Ajari kebaikan dan pilihkan sekolah agama yang baik
Jumat malam, menjelang penutupan tahun 2009, seorang teman mengadu. Ia begitu kecewa dengan sekolah tempat anaknya belajar. “Saya sudah bayar mahal-mahal, hasilnya cuma segitu,“ ujar pria, sebut saja namanya Ilham (35). Pekerja super sibuk ini tentu punya asalan mengapa ia begitu marah. Menurutnya, ia sudah memilih sekolah yang tepat, gedung megah, fasilitas lengkap, dan teman-teman terhormat. Semuanya sudah ada. Berkualitas. Kurang apa lagi?
Tapi nampaknya ia kecele. Setelah beberapa tahun perjalanan perkembangan sang anak, ia tak menemui sikap dan tindakan sang buah hati seperti yang diharapkannya. Ia mengaku, anaknya punya nilai akademik di atas rata-rata. Hanya kesopan dan akidahnya di bawah rata-rata.
Ilham adalah seorang manager sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan. Demi masa depan anaknya, ia bekerja banting-tulang dan pulang malam. Hanya sedikit waktu bertemu dengan buah hatinya. Hari panjangnya bertemu anak dan keluarganya hanya hari Ahad. Setiap hari, jika ia datang, ditemui anaknya sudah terlelap. Meski tak banyak waktu yang ia contohkan tentang kehidupan pada buah hatinya, ia tetap berharap, anaknya bisa menjadi anak yang baik. “Masa lalu saya cukup buruk dan tidak mengerti agama, jangan sampai anak saya ikut seperti saya, “ tambahnya.
Tauladan
Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah tersebut.
Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah, tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya. Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik, keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat. Banyak orangtua percaya, uang bisa “menyulap” akhlak anak. Mereka memposisikan sekolah seperti pabrik atau penitipan sepeda. Padahal seorang anak adalah manusia. Sering pula orangtua menyangka, nilai akademis selalu sejajar dengan perilaku baik dan akidah yang lurus. Banyak kasus di negeri ini orang-orang bertindah ceroboh, melakukan korupsi dan melakukan kejahatan bahkan dari orang-orang terdidik dan pandai.
Para orangtua menilai dengan menitipkan seorang anak di lembaga pendidikan, semuanya selesai. Sementara di rumah, apa yang anak dapat tak sama dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolahnya. Tak ada keteladanan yang diperolah dari anak menyebabkan mereka bimbang terhadap nilai-nilai. Di sekolah ia diajarkan kebaikan, dilarang berbuat kasar, memaki, berbuat sopan, sementara di rumahnya ibu-bapaknya setiap hari berlaku kasar dan tak mencontohkan nilai-nilai kebaikan.
Lembaga pendidikan hanya institusi menjalankan proses pendidikan dan mengenalkan nilai. Anak hanya mampir sesaat di sekolah. Hari-hari panjang justru berada di rumah. Di sinilah tugas para orangtua mengawal apa yang telah diperoleh di sekolah. Itulah sinergi terbaik antara sekolah dan orangtua. Yang terjadi sering sebaliknya. Para orangtua sering menyalahkan sekolah, padahal kesalahan ada pada orangtua.
Sesungguhnya tugas pendidikan ada pada keluarga dan sekolah. Namun pertanggujawabannya di akhirat, di hadapan Allah SWT tetap para orangtua.
Terkait dengan mendidik anak, di Islam memberikan tuntunan sangat baik. Di bawah beberapa tip dan tuntunan ajaran Islam:
Tanamkan Akidah yang Benar
Ini hal yang sangat penting. Jika anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang akidahnya melenceng. Penanaman akidah harus dimulai dari orangtua, dari rumah. Tunjukkanlah akidah yang lurus. Jika kita tak memiliki semua itu, setidaknya, pilihkanlah mereka sekolah-sekolah yang baik, di mana Islam menjadi bagian utama dari dasar pijakannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah kering.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri-diri kamu dan keluargamu dari api neraka.” [QS: At Tahrim ayat 6]
Memohon Pahala
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)
Ingatkan Shalat
Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, “Perintahkan anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
Menuntun Berakhlak Baik
Mustahil mengajarkan kebaikan jika yang dilihat anak di rumah setiap jam, setiap hari justru keburukan. Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Jika yang dilihat setiap saat buah keburukan, di masa datang, orangtua akan panen keburukan. Begitu pula sebaliknya.
Membiasakan praktik-praktik sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya makan dengan membaca "Bismillah" dan membiasakan berdoa, mengakhirinya dengan "Alhamdulillah", masuk/keluar rumah dengan “Salam”, dll. Menghapalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.
Mulailai kebaikan dari diri sendiri sebelum mengajarkan pada anak-anak kita. Sekecil apapun.
Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda, “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)
Tanamkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia. Ajari berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orangtua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.
Melarang mereka dalam perbuatan yang diharamkan. Ajarkan sejak sedini mungkin beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan. Tidak merokok, berjudi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orangtua, dan segenap perbuatan haram lainnya.
Memisahkan Tempat Tidur
Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber), gairahnya mulai muncul, maka memisahkan tidur mereka akan mencegah petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “…pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
Berbuat Adil
Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.
Rasulullah bersabda, ”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)
Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium
Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.” Hindari cacian, cibiran, perbanyak pujian.
Tegas Saat Diperlukan
Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan keras saat kondisi mengharuskan itu.
Rasulullah pernah bersabda, “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).
Juga, “Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.” (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)
Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka (anak-anak).
Pertanggujawaban
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” Mudah-mudahan kita semua selamat di dunia dan di akhirat untuk mengantarkan anak-anak kita ketika kelak dihadapkan pada mahkamah Allah. [atw/cha/www.hidayatullah.com]
Ilustrasi: Philippe Lissac /Godong/Corbis
Jumat malam, menjelang penutupan tahun 2009, seorang teman mengadu. Ia begitu kecewa dengan sekolah tempat anaknya belajar. “Saya sudah bayar mahal-mahal, hasilnya cuma segitu,“ ujar pria, sebut saja namanya Ilham (35). Pekerja super sibuk ini tentu punya asalan mengapa ia begitu marah. Menurutnya, ia sudah memilih sekolah yang tepat, gedung megah, fasilitas lengkap, dan teman-teman terhormat. Semuanya sudah ada. Berkualitas. Kurang apa lagi?
Tapi nampaknya ia kecele. Setelah beberapa tahun perjalanan perkembangan sang anak, ia tak menemui sikap dan tindakan sang buah hati seperti yang diharapkannya. Ia mengaku, anaknya punya nilai akademik di atas rata-rata. Hanya kesopan dan akidahnya di bawah rata-rata.
Ilham adalah seorang manager sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan. Demi masa depan anaknya, ia bekerja banting-tulang dan pulang malam. Hanya sedikit waktu bertemu dengan buah hatinya. Hari panjangnya bertemu anak dan keluarganya hanya hari Ahad. Setiap hari, jika ia datang, ditemui anaknya sudah terlelap. Meski tak banyak waktu yang ia contohkan tentang kehidupan pada buah hatinya, ia tetap berharap, anaknya bisa menjadi anak yang baik. “Masa lalu saya cukup buruk dan tidak mengerti agama, jangan sampai anak saya ikut seperti saya, “ tambahnya.
Tauladan
Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah tersebut.
Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah, tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya. Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik, keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat. Banyak orangtua percaya, uang bisa “menyulap” akhlak anak. Mereka memposisikan sekolah seperti pabrik atau penitipan sepeda. Padahal seorang anak adalah manusia. Sering pula orangtua menyangka, nilai akademis selalu sejajar dengan perilaku baik dan akidah yang lurus. Banyak kasus di negeri ini orang-orang bertindah ceroboh, melakukan korupsi dan melakukan kejahatan bahkan dari orang-orang terdidik dan pandai.
Para orangtua menilai dengan menitipkan seorang anak di lembaga pendidikan, semuanya selesai. Sementara di rumah, apa yang anak dapat tak sama dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolahnya. Tak ada keteladanan yang diperolah dari anak menyebabkan mereka bimbang terhadap nilai-nilai. Di sekolah ia diajarkan kebaikan, dilarang berbuat kasar, memaki, berbuat sopan, sementara di rumahnya ibu-bapaknya setiap hari berlaku kasar dan tak mencontohkan nilai-nilai kebaikan.
Lembaga pendidikan hanya institusi menjalankan proses pendidikan dan mengenalkan nilai. Anak hanya mampir sesaat di sekolah. Hari-hari panjang justru berada di rumah. Di sinilah tugas para orangtua mengawal apa yang telah diperoleh di sekolah. Itulah sinergi terbaik antara sekolah dan orangtua. Yang terjadi sering sebaliknya. Para orangtua sering menyalahkan sekolah, padahal kesalahan ada pada orangtua.
Sesungguhnya tugas pendidikan ada pada keluarga dan sekolah. Namun pertanggujawabannya di akhirat, di hadapan Allah SWT tetap para orangtua.
Terkait dengan mendidik anak, di Islam memberikan tuntunan sangat baik. Di bawah beberapa tip dan tuntunan ajaran Islam:
Tanamkan Akidah yang Benar
Ini hal yang sangat penting. Jika anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang akidahnya melenceng. Penanaman akidah harus dimulai dari orangtua, dari rumah. Tunjukkanlah akidah yang lurus. Jika kita tak memiliki semua itu, setidaknya, pilihkanlah mereka sekolah-sekolah yang baik, di mana Islam menjadi bagian utama dari dasar pijakannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah kering.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri-diri kamu dan keluargamu dari api neraka.” [QS: At Tahrim ayat 6]
Memohon Pahala
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)
Ingatkan Shalat
Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, “Perintahkan anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
Menuntun Berakhlak Baik
Mustahil mengajarkan kebaikan jika yang dilihat anak di rumah setiap jam, setiap hari justru keburukan. Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Jika yang dilihat setiap saat buah keburukan, di masa datang, orangtua akan panen keburukan. Begitu pula sebaliknya.
Membiasakan praktik-praktik sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya makan dengan membaca "Bismillah" dan membiasakan berdoa, mengakhirinya dengan "Alhamdulillah", masuk/keluar rumah dengan “Salam”, dll. Menghapalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.
Mulailai kebaikan dari diri sendiri sebelum mengajarkan pada anak-anak kita. Sekecil apapun.
Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda, “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)
Tanamkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia. Ajari berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orangtua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.
Melarang mereka dalam perbuatan yang diharamkan. Ajarkan sejak sedini mungkin beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan. Tidak merokok, berjudi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orangtua, dan segenap perbuatan haram lainnya.
Memisahkan Tempat Tidur
Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber), gairahnya mulai muncul, maka memisahkan tidur mereka akan mencegah petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “…pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
Berbuat Adil
Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.
Rasulullah bersabda, ”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)
Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium
Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.” Hindari cacian, cibiran, perbanyak pujian.
Tegas Saat Diperlukan
Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan keras saat kondisi mengharuskan itu.
Rasulullah pernah bersabda, “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).
Juga, “Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.” (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)
Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka (anak-anak).
Pertanggujawaban
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” Mudah-mudahan kita semua selamat di dunia dan di akhirat untuk mengantarkan anak-anak kita ketika kelak dihadapkan pada mahkamah Allah. [atw/cha/www.hidayatullah.com]
Ilustrasi: Philippe Lissac /Godong/Corbis
Komentar
Posting Komentar