Husain Abdullah: Saya Menempatkan Allah Swt di atas Segalanya

Seperti muslim lainnya, Husain Abdullah menyambut datangnya bulan Ramadan dengan antusias. Meski bulan Ramadan kali ini akan menjadi Ramadan yang penuh tantangan baginya karena bertepatan dengan muslim pertandingan sepakbola Amerika (American Football).


Abdullah adalah pemain sepakbola ala Amerika yang memperkuat tim Vikings dari Minnesota. Bulan ini ia harus berlatih keras demi kemenangan timnya. Tapi sebagai seorang muslim yang taat, Abdullah menyatakan bahwa ia akan tetap menjalankan puasa Ramadan.
"Saya menempatkan Allah Swt di atas segalanya, tak ada satu pun yang lebih penting di atas agama saya. Agama ini bukan sekedar apa yang wajib saya lakukan, tapi ini adalah pilihan saya. Jadi, saya akan berpuasa selama Ramadan," ujarnya mantap meski ia harus tetap berlatih di tengah udara yang panas pada saat Ramadan.
Beruntung, tim Viking memberikan dukungan pada Abdullah. Pihak manajemen Vikings menyatakan akan memberikan komposisi makanan yang dibutuhkan selama Abdullah menjalankan puasa. "Tahun lalu, Ramadan jatuh pada awal September dan kami melihat ada penurunan dalam performanya. Kami bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Husain Abdullah, ia kelihatan seperti tak punya semangat," kata pelatih Vikings, Brad Childress.
Untuk menghadapi Ramadan tahun ini, Abdullah berkonsultasi dengan ahli gizi tim sepakbolanya untuk menentukan asupan makanan dan minum bagi Abdullah selama Ramadan nanti. Ahli gizi tim Vikings ingin memastikan bahwa Abdullah cukup mendapatkan kalori sebagai sumber energi dan menjaga staminanya, serta tidak mengalami dehidrasi.
"Tahun lalu, Abdullah mempersiapkan segalanya sendiri, sekarang kami akan membantunya menyiapkan makanan yang dibutuhkan saat berbuka dan sahur. Ia pemain yang berbakat dan pemain andalan di tim ini," sambung Childress.
Dalam musim pertandingan tahun lalu, Abdullah mengalami cedera di bagian punggung dan panggulnya yang membuat perjuangannya untuk bisa turun ke lapangan lagi bertambah berat. Latihan keras harus dijalaninya untuk menghadapi musim pertandingan tahun ini.
Abdullah yang menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Pomona California beradal dari keluarga besar. Ia memiliki tujuh saudara lelaki dan empat saudara perempuan. Kakak Abdullah, Hamza, juga pemain nasional sepakbola Amerika. Sejak usia 7 tahun, Abdullah sudah mulai berpuasa Ramadan.
"Saya selalu berusaha untuk menjaga kebiasaan itu. Sekarang, saya senang karena Islam sudah mendapatkan tangapan yang lumayan positif," kata Abdullah.
Selain Abdullah, sejumlah atlet muslim di AS juga berpuasa saat Ramadan meski tetap harus menjalankan aktivitas latihannya setiap hari. Salah satunya adalah bintang bola basket NBA, Hakeem Olajuwon. "Saya meliihat diri saya selalu bersemangat dan penuh energi. Ketika saya berbuka saat matahari terbenam, seteguk air rasanya nikmat sekali," kata Olujuwon dalam bografinya yang dimuat di situs NBA.
Situasi berbeda mungkin harus dialami oleh para pemain sepakbola muslim di Jerman. Bulan Juli kemarin, para pejabat organisasi sepakbola Jerman menyatakan bahwa seorang pemain sepakbola muslim boleh tidak puasa ketika harus bertanding saat bulan Ramadan. Pernyataan itu didukung oleh salah satu organisasi muslim di Jerman yang beralasan bahwa kelonggaran tidak puasa itu dilakukan jika si pemain terikat kewajiban berdasarkan kontrak bertanding yang menjadi satu-satunya sumber nafkah baginya dan jika puasa akan mempengaruhi performanya saat bertanding. (ln/isc/afp)

Tips Istri Agar Menjadi Pusat Perhatian Suami


Seorang psikoterapis Doris Helmering menuturkan, “Wanita biasanya memiliki teman wanita yang akrab. Teman terdekat laki-laki umumnya adalah istrinya. Ini berarti, relasi harmonis dalam kehidupan rumah tangga sangat penting bagi laki-laki.”
Suatu hal yang telah cukup dikenal –baik dari sisi sosiologi maupun psikologi— semakin bertambah kedekatan seorang istri dengan suaminya, maka kebahagiaan keduanya akan semakin bertambah. Disebutkan bahwa, menurut para suami, faktor kebahagiaan rumah tangga adalah istri yang menjadi pendamping terbaik bagi mereka.
Dalam bukunya Menyelami Hati Wanita, Abdul Mun’im Qindil menyatakan bahwa untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, berarti istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya, dengan senyum manis senantiasa terkembang, pandangannya hangat penuh cinta dan tutur kata lembut penuh kemanjaan. Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya. Tubuhnya harum mewangi, wajahnya cerah, perilakunya lembut, dan tutur katanya mendatangkan kedamaian di hati, sehingga suami benar-benar merasa bahwa rumahnya adalah surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan.
Dia bagaikan bunga yang segar dan menyejukkan mata. Hatinya bening sebening mata air pegunungan. Senyumannya manis semanis telaga madu. Wajahnya terang secerah bulan purnama. Jika suaminya sakit, dia menjadi dokter pribadinya yang senantiasa setia menemaninya. Jika dunia gelap di matanya, dia menjadi pelita yang siap menerangi jalannya. Jika suami kehausan, dia menjadi pelepas dahaga yang menyejukkan. Pokoknya, apa pun yang dilakukannya selalu menebarkan pesona di mata suaminya. Kelemahlembutannya dalam memperlakukan suaminya sama dengan perlakuannya terhadap teman-teman dekatnya, penuh keakraban dan senda gurau.
…Untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya. Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya…
Jadi, bagaimanakah caranya agar Anda menjadi pendamping terbaik suami? Di bawah ini adalah beberapa tips penting agar Anda bisa menjadi pusat perhatian suami, sebagaimana dinyatakan Muhammad Kamil Abdul Shamad dalam bukunya Haqa`iq Taghfulu ‘Anha Az-Zaujat:
1.  MENJAGA PERASAAN SUAMI
Peduli terhadap kebahagiaan suami dan mampu memperlihatkan serta menghormati cintanya merupakan fondasi keharmonisan sejati. Psikolog Marlin Roman menyatakan, “Manusia menyenangi orang yang bisa menjadikannya senang. Inilah yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan pelatihan.”
Ketika Anda merasa tidak nyaman dan membenci teman Anda, maka Anda bisa saja menghentikan interaksi dengannya, sampai rasa benci itu hilang. Namun dengan suami, Anda tidak bisa menghentikan interaksi Anda dengannya. Sebesar apa pun kebencian Anda kepada suami, hanya karena dia mengabaikan beberapa hal yang sepele, maka Anda harus tetap berada di sisinya. Anda harus bersamanya ketika makan, bersenda-gurau dengannya, dan lain sebagainya.
2.  BERSABARLAH
Keberadaan Anda sebagai partner suami menuntut Anda untuk bersabar dalam segala hal. Rasulullah bersabda, “Orang muslim jika dia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguannya, maka dia lebih baik daripada orang muslim yang tidak mau bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguannya.” (HR. At-Tirmidzi: 2431, dishahihkan oleh Al-Albani. Lihat: Shahih Al-Jami’: 6651)
Ada sebuah kisah menarik tentang hal ini. Pada zaman Khalifah Al-Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma'i, melakukan perburuan. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan, dia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara.
Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan dia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Dia memacu kudanya ke arah sana dan mendapati seorang penghuni wanita muda dan jelita. Dia meminta air. Wanita itu berkata, “Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau mau, ambillah.”
Tiba-tiba wajah wanita itu tampak siaga. Dia memandang kepulan debu dari kejauhan. “Suamiku datang,” katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih pas jika disebut “bekas manusia”. Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Dia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemah.
Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya kepada wanita itu, “Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk?”
…Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar…
Jawaban wanita itu mengejutkan Al-Ashma'i. Perempuan tersebut berkata, “Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar. Aku bersyukur karena Allah telah menganugerahkan kepadaku usia muda, kecantikan, dan perlindungan. Dia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar.”
3.  Pelajarilah Bahasa Suami
Laki-laki akan tetap berbicara tentang dirinya saat menceritakan pekerjaannya. Berbeda dengan keyakinan yang membudaya, bahwa laki-laki bicara mengenai dirinya melalui obrolan mengenai pekerjaannya. Istri harus paham ketika suaminya bercerita tentang pekerjaannya, maka sebenarnya dia juga sedang berbicara mengenai masalah-masalah pribadi yang sangat dalam.
Suami, misalnya, pulang ke rumah sambil marah-marah karena pimpinannya di kantor kurang menghargai kerja keras yang dilakukannya. Penyebab yang sebenarnya dia bersikap seperti itu mungkin karena dia takut pekerjaannya belum optimal. Jika Anda langsung menimpalinya dengan menyaranka agar dia siap menghadapinya, bisa menimbulkan reaksi yang tidak Anda harapkan dari dia, yaitu dia malah tidak mau bicara.
Maka sebaiknya Anda tidak bersikap seperti itu, tetapi ciptakanlah suasana lembut yang membuatnya lebih siap untuk menceritakan permasalahannya itu. Artinya, yang perlu Anda lakukan adalah diam mendengarkan ucapannya penuh konsentrasi. Karena pilar pertama relasi adalah mau mendengarkan.
…Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya…
4.  Jangan Menambah Masalah
Terkadang, ketika teman Anda menghadapi masalah, mungkin Anda bisa menghadirkan kelembutan dan rasa simpati. Dengan demikian Anda telah membantu mengurai benang kusut permasalahan yang dihadapinya. Namun, tatkala suami Anda berada dalam kesulitan, Anda justru berbuat kebodohan yang menambah dia gelisah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang membebani, seperti: “Mengapa itu terjadi?”, “Apa yang akan engkau perbuat?”, dan lain sebagainya. Anda menyampaikan pertanyaan tersebut karena mengira cara itu adalah bentuk kepedulian kepada suami.
Namun sejatinya, dengan pertanyaan itu, Anda menuntut suami agar meyakinkan Anda bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini menyebabkan dia menyesal telah memberi kepercayaan kepada Anda.
Suami selalu mengatakan, “Saya tidak suka menceritakan urusan pekerjaan kepada istri saya. Jika saya melakukannya, justru saya tidak dapat menuntaskan masalah yang saya hadapi.” Oleh karena itu, alangkah baiknya jika Anda mau menahan perasaan. Benar, cinta Anda begitu besar kepada suami, tetapi Anda gagal menjadi pendamping terbaiknya, karena cinta saja tidaklah cukup. Relasi harmonis sejati akan mendatangkan keintiman yang penuh dengan dinamika. Inilah yang membuat pernikahan menjadi sesuatu yang agung.
Istri muslimah yang shalehah hidup dengan suaminya sepenuh hati, sepenuh perasaan, sepenuh jiwa dan raganya. Perasaan dan pikirannya tidak pernah lepas dari pasangannya. Bukankah Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya? Seorang istri bisa menadapatkan pahala ash-shiddiqin (orang-orang jujur dan tulus) jika selalu jujur dalam tindakan dan ucapannya. Dia juga bisa mendapatkan pahala al-abrar (ahli kebajikan) jika mampu memenuhi semua kewajiban terhadap suaminya. Dia juga bisa mendapatkan pahala asy-syuhada jika ia mampu melewati kesulitan dalam mengurus suami dan anak-anaknya.
…Rumah tangga yang baik bukanlah yang dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah tangga kebahagiaan yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana…
Wanita memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptakan kehidupan yang baik. Jika dia memiliki impian untuk menyulap rumahnya menjadi kebun surga yang indah, pasti dia mampu melakukannya dengan sedikit biaya. Rumah tangga yang baik bukanlah rumah yang selalu dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah kebahagiaan adalah yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana. Betapa besar perhatian Islam dalam urusan cinta! [ganna pryadha/voa-islam.com/dbs]

Negeri Ini Belum Merdeka!


By: Ria Fariana
Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan, katanya. Di setiap sudut kota, kampung dan kelurahan dihias sedemikian rupa dengan warna dominan merah dan putih sebagai simbol bendera bangsa. Lampu-lampu dipasang warna-warni menyemarakkan suasana. Di hari H nanti tepat tanggal 17 Agustus, biasanya banyak orang memakai baju daerah suku masing-masing dan juga pakaian sesuai dengan profesi cita-cita para murid-murid. Ada yang memakai kostum dokter, insinyur, pilot, dll.
Upaya untuk memperingati pun dilakukan dengan berbagai cara mulai dari lomba makan kerupuk hingga panjat pinang dan tangkap belut. Malamnya digelar tumpengan syukuran dan biasanya disertai musik hingar bingar untuk merayakan hari kemerdekaan RI. Tapi untuk tahun ini, semua hingar bingar itu kemungkinan berkurang karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Melihat fakta-fakta tersebut, kita jadi patut bertanya neh, benarkah kita sudah merdeka? Itu pertanyaan awal dulu yang sederhana sebelum kita beralih ke pertanyaan lain semisal gimana sih cara mengisi kemerdekaan bila memang kita sudah benar-benar sudah merdeka? Topik inilah yang akan bahas kali ini. So, pantengin terus yah.
Indonesia sudah merdeka, benarkah? Pertanyaan ini wajar banget muncul di remaja cerdas kayak kamu. Soalnya dari pertanyaan sederhana namun kritis inilah nantinya akan membuat kamu melek tentang apa yang sebetulnya terjadi dengan kondisi Indonesia yang katanya sudah merdeka ini.
…Indonesia masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah…
Secara konstitusi, Indonesia dinyatakan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang dideklarasikan oleh Sukarno Hatta. Hal inilah yang diyakini oleh mayoritas manusia baik dalam maupun luar negeri tentang kapan hari kemerdekaan Indonesia. Sejak anak TK hingga professor sepakat menjawab dengan tanggal tersebut.
Faktanya, apa benar Indonesia sudah benar-benar merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945? Merdeka itu kan artinya bebas. Bebas dari penjajahan dalam bentuk apa pun juga. Nah, sekarang yuk kita telusuri apa benar kita sudah terbebas dari penjajahan alias merdeka dalam segala bidang?
Merdeka secara formal konstitusional (halah, bahasanya muluk banget ya hehe) Indonesia bisa dibilang sudah. Tapi merdeka secara hakiki alias bebas menentukan nasib sendiri tanpa didikte oleh orang lain, hmm… kayaknya belum. Kok bisa? Coba lihat aja hal-hal di sekitar kita yang dekat dengan kehidupan kamu. Ketika berangkat sekolah, berapa kamu harus bayar angkot mengingat kenaikan BBM yang makin mencekik akhir-akhir ini. Trus berapa uang SPP yang harus dibayar ortumu supaya kamu bisa tetap sekolah, harga buku, harga baju seragam dll. Walhasil, kalo kamu nggak bisa bayar itu semua, jangan harap kamu bisa menikmati bangku sekolah seperti saat ini. Makanya, pantas aja sampai-sampai ada buku terbit dengan judul ‘Orang miskin dilarang sekolah’ sebagai sindiran betapa mahalnya harga pendidikan di negeri ini.
Pulang sekolah, kamu pasti merasa lapar apalagi bagi mereka yang uang sakunya pas-pasan jadi gak bisa jajan di kantin sekolah. Sesampai di rumah, makanan belum ada karena ibumu pusing dengan harga minyak tanah yang melambung tinggi. Sudah mahal, tuh minyak hilang pulang dari pasaran. Mau beli elpiji, gak punya uang untuk beli isi satu tabung hijau kecil itu, yang bagaimana pun harganya lebih mahal daripada minyak tanah. Duh pusing….katanya Indonesia kaya akan tambang minyak bumi, tapi harga minyak pada melambung tinggi.
Fenomena antrean minyak tanah yang sampai puluhan meter di banyak daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang dulu. Belum lagi antrean yang lainnya semisal beras murah, minyak goreng murah hingga pembagian BLT yang masih pro dan kontra itu. Persis kayak zaman Indonesia tempo dulu ketika kebutuhan pokok sulit diperoleh karena memang itu adalah salah satu taktik penjajah dalam mengendalikan tanah jajahannya. Bedanya kalo di zaman penjajahan dulu itu para pemimpin mencari cara untuk merdeka hingga titik darah penghabisan, lha kalo pemimpin kita sekarang malah merdeka sendiri sambil duduk di kursi empuk sambil menikmati tetesan keringat dan darah rakyatnya.
…Fenomena antrean minyak tanah yang sampai puluhan meter di banyak daerah di Indonesia, mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang dulu…
Pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan. Kalau banyak orang sanksi dan tidak percaya terhadap tipu-tipu ini, saya sih sangat percaya bahwa niat pemerintah itu tulus. Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini. Kalo rakyat miskin banyak yang mati kelaparan, secara statistik hal ini akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Ironis!
Seperti inikah potret merdeka yang dicita-citakan oleh negeri ini? Trus, kalo dipikir-pikir, kenapa juga negeri ini seakan-akan sulit sekali meraih kemerdekaan hakiki dalam makna yang sebenarnya, bukan hanya merdeka semu yang setiap tahun diperingati dengan lomba dan upacara. Ternyata semua itu ada jawabannya loh.
Indonesia masih terjajah!
Yups, Indonesia sebetulnya belum benar-benar merdeka dalam arti sesungguhnya. Negeri ini masih terjajah dalam banyak segi atau bahkan di semua segi kehidupannya. Mulai dari perekonomiannya yang sangat kapitalistik dengan sistem riba, pendidikan yang sekuler pol, kehidupan sosial yang egois dan mementingkan diri sendiri, kebudayaan yang bisanya cuma membebek asing, politiknya berlaku hukum rimba siapa kuat dia yang menang, pertahanan keamanan yang masih tergantung pada kebijakan Amerika dan sekutunya, penegakan hukum yang setengah hati, dll. Belum lagi ideologinya yang nano-nano alias campur-baur antara kapitalis, sosialis dan sedikit Islam untuk urusan perkawinan aja.
…Negeri ini masih terjajah: perekonomiannya kapitalistik dengan sistem riba, kebudayaan membebek asing, politiknya berlaku hukum rimba, pertahanan keamanan masih tergantung pada kebijakan Amerika dan sekutunya, penegakan hukum yang setengah hati…
Pernah nggak di sekolah kamu mendapat dogma dari pelajaran PPKN bahwa Indonesia bukan Negara agama tapi juga bukan Negara sekuler. Trus apaan loh? Karena semua serba bukan, Indonesia akhirnya jadi Negara yang bukan-bukan kayak sekarang ini. Nggak jelas mau berpijak ke mana or melangkah ke mana. Ibarat orang mau membangun rumah, bentuk pondasinya kacau balau dan gak tau apa yang dimau. Semua serba setengah hati. Karena pondasi atau dasar yang nggak jelas, akhirnya banyak masuk pesanan asing mendikte apa mau mereka untuk dipaksakan pada pondasi dan bangunan yang akan didirikan.
Indonesia pun masih terjajah. Selamanya negeri ini akan terjajah bila tak ada kemauan kuat dari masyarakatnya untuk keluar dari penjajahan ini. Ironisnya, sangat sedikit orang yang sadar bahwa bangsa ini masih terjajah. Mayoritas yang ada malah bersikap sebaliknya, yaitu bersuka ria karena menganggap bahwa bangsa ini sudah merdeka sehingga sulit diajak nyadar dan berpikir. Lomba-lomba sekedar lucu-lucuan giat dilaksanakan, semisal lomba balap karung, sepakbola pake sarung, menangkap belut, makan krupuk, dll. Semua itu hanya hiburan sesaat untuk melupakan beban hidup yang berat. Setelah lomba selesai, masyarakat dihadapkan lagi pada masalah hidup yang menghimpit. Sungguh, negeri ini benar-benar belum merdeka!
Ayo, rebut kemerdekaan!
Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini.
Btw, gak salah nih ngajak merebut kemerdekaan di hari gene? Enggak donk. Kamu udah pada ngeh kan bahwa negeri ini tuh masih belum merdeka dan terjajah dalam semua segi kehidupan. Hanya manusia hidup saja yang enggan hidup dalam kondisi terjajah. Dan cuma mayat hidup saja yang pasrah dengan nasib buruk sebagai bangsa terjajah. Saya yakin kamu semua bukan termasuk golongan zombie ini. Jadi ayo, mulai sekarang kita bergerak untuk keluar dari penjajahan ini. How?
…Ternyata kita belum merdeka, kawan. Kita butuh merebut kemerdekaan dulu sebelum nantinya akan kita isi dengan apa kemerdekaan ini…
Pertama mula, merdekakan pikiran kamu dari semua hal berbau penjajahan. Bebaskan diri kamu dari mental sebagai orang terjajah. Buang pemikiran rusak dan bobrok dari penghambaan kepada hawa nafsu berganti menjadi penghambaan pada Allah saja. Campakkan sikap membebek pada ideology dan sistem asing untuk kemudian meyakini bahwa ideology dan sistem dari Sang Maha adalah satu-satunya yang mampu mengeluarkan manusia dari penjajahan ini. Ideology dan sistem apakah itu? Ya pasti Islam-lah. Emang ada yang lain? Gak mungkin!
Kedua, bila keyakinan ini telah menancap kuat dalam benakmu, jangan diam. Merebut kemerdekaan bukan kerja satu orang, tapi kerja bersama melibatkan banyak orang dari berbagai kalangan. Ayo sebarkan keyakinan bahwa kita harus merebut kemerdekaan ini hanya dengan kembali pada ideology dan sistem Islam saja. Ideologi dan sistem Islam ini hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi bernama Daulah Khilafah Rosyidah ala Minhaj Nubuwah.
Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan merebut kemerdekaan yang hakiki ini. Karena sungguh, tak ada yang namanya jalan enak bagi para pejuang. Terjal dan berliku adalah sunnatullah perjuangan. Dan hanya satu saja yang membedakan mental pejuang sebenarnya dengan yang pura-pura sok jadi pejuang. Pejuang sejati tak kenal kompromi dengan para penjajah. Sedangkan pejuang gadungan selalu mencari dalih agar kerasnya perjuangan bisa diperlunak dengan beribu alasan.
Perbedaan yang lain adalah, kalo perjuangan standar biasanya berbumbu nasionalisme, perjuangan kita kali ini berskala internasionalisme. Dengan melakukan langkah di atas, kita tak Cuma membebaskan Indonesia dari penjajahan namun secara bertahap, kita membebaskan dunia secara keseluruhan. Yakinlah, saudara-saudara kita di belahan bumi yang lain juga sama-sama berjuang menuju kemerdekaan hakiki dengan Islam. Dan yang lebih asyik lagi, kemerdekaan yang akan kita rebut, tidak hanya berdimensi dunia saja namun bakal kita bawa hingga akhirat kelak berupa pahala dan surgaNya. Wow…keren kan?
So, perjuangan belum berhenti, teman. Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan TANPA kekerasan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum kafir dengan tudingan terorisme. Jangan pula kamu mau dijebak dengan isu bom dan sebutan Islam garis keras, radikal, ekstrimis dan berbagai julukan menyudutkan lainnya. Perjuangan kita adalah perjuangan pemikiran yaitu membebaskan umat dari pengaruh dogma rusak semacam penyakit demokrasi dan SEPILIS (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme). Kita gak butuh bom untuk menyerang paham-paham rusak di atas. Yang kita butuhkan hanya pemikiran yang kuat dan tajam, bukti akurat dan pemahaman Islam yang utuh, nggak separuh-separuh. Itu saja senjata kita. Plus tentunya keimanan yang mendalam sehingga pertolongan Allah akan segera terwujud di tengah-tengah kita.
…Perjuangan merebut kemerdekaan ini harus dilaksanakan. Jangan mau kamu diadu-domba sesama muslim oleh kaum kafir dengan tudingan terorisme. Jangan mau dijebak dengan isu bom dan sebutan Islam garis keras, radikal, ekstrimis dan berbagai julukan menyudutkan lainnya…
Semoga tulisan sederhana ini mampu menyadarkan kamu-kamu yang dulunya percaya bahwa negeri ini telah merdeka. Dan semoga tulisan ini bisa menjadi bekal kamu untuk menularkan semangat perjuangan merebut kemerdekaan hakiki dari tangan penjajah kapitalis dengan sistem kufurnya. Yuk sama-sama kita tekadkan di hati bahwa hidup terjajah itu gak asik. Hidup sebagai budak ideology sekuler itu gak keren. Yang asik dan keren Cuma ketika kita menjadi makhluk bebas dan merdeka dalam sebuah sistem sempurna yaitu syariat Islam dalam naungan Khilafah. Untuk menuju ke sana, tentu butuh perjuangan kita-kita.
Pertanyaannya, maukah kamu menjadi salah satu pejuang itu? Imbalannya bukan hanya mulia di dunia saja namun kebahagiaan akhirat pun telah menunggu kita, insya Allah. Jadi, tak ada alasan lagi kan bagi kita untuk mangkir dari merebut kemerdekaan hakiki dalam naungan Ilahi? Tentu tidak! Ayo semangat! [voa-islam.com]
 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 GHIYATSUDIN AL GHOFIQI |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.