Mulianya Menjadi Seorang Ibu


Tidak ada sekolah khusus untuk menjadi ibu, seperti sekolah menjadi dokter,perawat, guru dan atau berbagai profesi lainnya. Memang ada berbagai seminar dan buku-buku tentang menjadi ibu yang baik, atau tentang bagaimana mendidik anak dan berbagai tema yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab seorang ibu. Namun tetap saja itu bukanlah sebuah sekolah dan tidak pernah cukup untuk mempersiapkan dan melengkapi seorang wanita untuk menjadi ibu. Menjadi ibu adalah sebuah kehormatan, sebuah pelayanan yang tidak tampak di muka umum namun memiliki tanggung jawab yang tidak mudah untuk dilakukan. Menuntut pengorbanan dan kerelaan hati. Menyita 24 jam jatah hidup kita, dalam 7 hari seminggu, 52 minggu setahun. dan berbeda dengan yang mungkin dialami oleh para pekerja kantor dengan fasilitas cuti, menjadi seorang ibu tidak ada istilah cuti walau bagaimanapun kita lelah dan penat.


Menjadi ibu berarti selalu siap mengulurkan tangan menjawab kebutuhan anak, tidak peduli rasa letih menguasai tubuh. Memberikan pelukan hangat di saat anak merasakan kesepian. Menghibur anak kala mereka bersedih, mendorong penuh semangat ketika mereka gagal,  dan selalu memberikan yang terbaik untuk mereka dalam keadaan atau situasi seperti apapun. Seperti kisah bunda hajar yang menunjukkan ketegaran, kekuatan iman, dan ketawakalan jiwa yang luar biasa. Beliau kala itu hanya bersama anak semata wayangnya Ismail di suatu padang tandus yang bahkan tidak ada rumput tumbuh. Dan mendapati perbekalannya hampir habis, Hajar berlari menuju Bukit Shafa, berharap bertemu dengan suatu kafilah yang lewat untuk dimintai pertolongan. Tak ditemuinya seorangpun, beliau turun untuk menuju Bukit Marwah. Begitulah, beliau dengan khawatir, mondar-mandir hingga tujuh kali karena Ismail terus menerus menangis kehausan. Semua hal tersebut dilakukan bunda Hajar demi membahagiakan anaknya dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.  Dan Allah adalah yang Maha Menepati Janji. Di tengah kekalutan, muncullah mata air yang letaknya dekat dengan Ismail. Hajar bergegas menuju mata air tersebut dengan penuh rasa syukur.

Sebagai ibu dan manusia biasa, terkadang kita mengeluh dan mengasihani diri hingga terpuruk dalam kondisi kita yang mungkin sangat sulit saat ini. Namun cukuplah kisah bunda Hajar menjadi cermin bagi diri agar kita untuk banyak belajar menjadi wanita tegar, setegar beliau dalam mengikhlaskan diri, menerima dan melaksanakan tugas beliau sebagai ibu dan seorang istri. Setiap menit adalah sarana kita bersekolah  menjadi ibu. Dan Setiap hari akan selalu ada pelajaran baru. Tidak akan pernah habis sampai akhir hayat kita, semua Tergantung kepada kita apakah kita mau belajar atau tidak, untuk menjadi ibu ibu teladan bagi anak- anak kita, dan karena menjadi ibu adalah tugas yang sangat mulia.(rps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 GHIYATSUDIN AL GHOFIQI |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.